Minggu, 22 Maret 2015

Steps to Get Your Heart (Part 1)

Soni POV

Cuek
Jutek
Dingin

Apalagi yang harus aku jabarkan tentang dia. Sudah cuek, jutek, dingin pula. Tapi entah kenapa aku menyukainya, yaaa… Menyukainya, antara lelaki dan perempuan? Seperti itu lah!
Haah! Bisa dibayangkan bagaimana bertahan untuk memendam perasaan selama hampir 2 tahun kepada seorang lelaki yang mempunyai sifat seperti itu. Aku tidak punya keberanian bahkan secuil keberanian pun aku tidak punya untuk mengungkapkannya, entah apa yang ku pikirkan, aku lebih suka seperti ini. Memendam dan memendam. Yaaa… Kalian tau lah, kalau ‘sebagian’ dari orang cuek seperti dia itu tidak peka kan. Ya sudah!
Kalaupun seperti itu, aku juga sering merasa bingung sendiri, lelaki seperti dia kenapa bisa mendapatkan penggemar sebanyak itu? Yaaa… Aku mengaku sih, kalau dia tampan, pintar, dan seorang yang berada (ayahnya adalah pemilik suatu perusahaan terkenal yang berada di tengah ibu kota kita ini, Jakarta. Sedang ibu nya adalah seorang pemilik sanggar tari).
Hnngh… Sedangkan aku ini apa..
Aku bahkan tidak secantik dan sepintar anggi, ketua OSIS yang kabarnya dekat dengannya, buktinya aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri.

Suatu hari saat kami sedang bersih bersih lingkungan sekolah, aku, dia, teman teman lainnya mendapat bagian membersihkan jendela-jendela kelas 12 IPA 1 sampai 12 IPS. Saat itu aku berada tepat di samping dia, hatiku rasanya dag dig dug dan mukaku memerah sebelum anggi datang menghampirinya. Dan setelah itu apa yang aku lihat? Kalian bisa menembaknya sendiri lah, mereka berdua sedang membersihkan satu jendela dengan lap yang sama, bahkan mereka pun juga tidak jarang sering saling melirik dan tertawa. Haaaa… Rasanya saat itu aku ingin sekali melempar muka anggi dengan lap yang sedang ku remas remas itu dan menjambak rambutnya sampai rontok, aku ingin sekali melakukan itu tapi karena aku masih mempunyai rasa kemanusiaan aku hanya berdiam diri disitu dan menatap mereka dengan tatapan tidak suka, bahkan sesekali anggi menatapku dengan tatapan meremehkan.
Grrrr!
‘Aku benci sekali dengannya!!!’
Yaaa seperti itulah ceritanya..

Haahhh! Seandainya aku tidak punya rasa malu dan urat maluku itu sudah putus, sudah sedari dulu aku mengungkapkan rasa lamaku ini kepadanya, rasa cinta.

Ah! Rupanya aku lupa memperkenalkan diriku sendiri karena keasyikan bercerita tentang masalah percintaan ku yang tiada akhirnya itu.

Kenalkan namaku azaria soniyatha, teman teman biasa memanggilku soni. Terdengar aneh ya, tapi aku suka kok.
Sekarang aku menetap di jl. Boulevard barat raya, kelapa gading, jakarta utara. Tidak jauh dengan sekolahku, namanya SMAN 25 jakarta utara. Saat ini aku menduduki kelas 12 IPA 1.

Okey! Perkenalan kita sampai sini saja yaa. Sekarang aku lagi sibuk mengerjakan tugas di perpustakaan bersama kedua sahabat baikku.

“Soni! Ini gimana sih! Rumusnya gak ada di buku ini deh kayaknya!” Kata Lia sambil membolak balikkan buku kimia. Pipinya chubby dan imut banget, dia orangnya baik, penyayang dan perhatian, tapi dia juga kadang suka marah marah gitu kalau lagi bad mood. Dia punya pacar, tapi LDR-an. Dia berada di Jakarta, sedangkan pacarnaya ada di Semarang. Hubungannya sudah berjalan kira-kira 2 tahun lamanya. Whoaa… Lia bahkan mempunyai prinsip dengan pacarnya, katanya dia dan pacarnya akan selalu saling mempercayai satu sama lain. Aku pengen banget punya hubungan langgeng kayak Liaaa

Oke NEXT!

“Iyaa… Ini lagi nyari, liaaa…” Kataku dengan nada seimut mungkin.

Drrrt drrrtt…
“Ishh! Gak usah bilang cinta kalo terpaksa!” Kata mira sambil menghempaskan ponselnya pelan ke meja setelah sebelumnya dibukanya sms yang masuk ke ponselnya. dia mendengus sambil menghela nafas lelah. Ya! Backstreet seperti itulah tergambar dalam kisah asmara Mira dengan kekasihnya itu. Kadang beda pendapat sering membuat mereka putus-nyambung putus-nyambung. O iya, mira itu orangnya sedikit sensitif dan mudah tersentuh, dia mempunyai mata coklat karena dia blasteran Belanda dan Jawa. Dia hebat dalam taekwondo dan makan? Ahahaha… Yaa, dia hebat dalam makan sebelum Lia. Tetapi lihatlah, dia bahkan tidak pernah gemuk-gemuk, entahlah semacam cacingan mungkin? Haha! Peace Mira!

“Napa ra? Berantem lagi?” Kata Lia. Sedangkan Mira hanya mengangguk dengan muka tertunduk lesu.
“Hemp! Sabar aja, mungkin aja ada urusan mendadak, jadi kemaren itu dia gak sempet datang. Bicara aja dulu baik-baik sama dia, yaa…” Kataku sambil memusut pelan punggungnya.
“Hemp…” Jawaban Mira mengawali lonceng berbunyi yang menandakan bahwa jam istirahat telah selesai, dengan tergesa-gesa kami membereskan buku-buku yang berhamburan di depan kami dan meletakkannya ketempatnya, dan bergegas kembali kekelas.



“Hey! Di situ! Di situ belom! Salah!! Bukan disitu! Tapi di situ!! Di samping situ!! Ishh! Salah! Di sampingnya lagi!! Yaa! Belum bersih! Masih ada pasirnya! Sapu lagi! Hey jangan kabur!!!” Hahhh! Capek sekali menjadi seorang seksi kebersihan seperti ini, bisa habis suaraku kalau setiap hari berteriak seperti ini. Kenapa sih para lelaki susah sekali diatur, disuruh mengangkat kursi tidak mau, disuruh nyapu tidak mau juga!
“Sudahlah, suara cemprengmu sungguh mengganggu!” Ucap seseorang yang ada di belakangku dengan nada dingin, aku terbatu sesaat mendengar suara yang tidak asing lagi ini. Dengan gerakan cepat aku membalikkan badan, dan kembali terbatu dan mataku melotot terkejut karena jarak kami yang hampir tak berjarak ini. Dengan gerakan cepat juga aku melangkah mundur menciptakan jarak sejauh mungkin, ‘yaa!! Jantung sialan! Kenapa berdetak kencang sekali!’ Rutukku dalam hati.
“Sudah sana minggir, aku ingin menyapu!!” Katanya sambil memaksaku minggir, aku pun menurut dengan gerakan kaku. Dia melihatku dengan tatapan dingin, dan kembali menyapu kelas dengan asal.

Hening sekali disini… Ya iyalah! Disini hanya aku dan dia saja di kelas ini, yang lainnya sudah pulang tanpa pertanggung jawaban mereka. Hufh!
“Yaa! Itu masih ada sisanya!” Kataku dengan suara kaku. Dia masih tidak mendengar dan tetap melanjutkan menyapu kelas. “Yaakk! Kau dengar tidak!” Kataku dengan kesal.
“Hey! Aku masih mending mau nyapu kelas, jadi diam aja!” Bentaknya kemudian. Aku terdiam.
“Ya-yasu-sudah k-kkalau begitu…” Ucapku dengan gugup dan kembali kaku. Dan tak lama kemudian, aku duduk di depan kelas sambil melamun dan memasang sepatu, “hey! Itu sepatu ku!” Kata sebuah suara lagi yang membuat ku terlonjak dan sadar dari lamunanku.
Kemudian mataku beralih ke bawah, eh! Aku tidak sadar sudah memasang sepatu dia ke kakiku, pantas saja serasa longgar.
“Eeh! Maaf, aku gak nyadar kalo salah pasang sepatu!” Kataku dan meletakkannya di depan dia berdiri, dia menatap sepatunya sebentar dan memutar matanya jengah.
“Sepatuku besar ini kau sampai tidak sadar? Hehh! Dasar bodoh” katanya dingin sambil berlalu meninggalkanku. Aku sendiri hanya mempout kan bibirku dan terus merutukki kebodohanku ini, ish! Dasar Bodoh!



“Hemp? Cara untuk menaklukkan lelaki cuek? Heunng” kini aku sedang berada di kamarku tercinta, yaa.. Biasa… browsing, ehehehee… Hemp, ini nih aku temuin blog yang menunjukkan bagaimana cara untuk menaklukan lelaki yang cuek, hemp! Coba aja deh…
KLIK
“Hemp!… Langkah pertama… Kamu harus mengenalnya. Kalau belum kenal, sebaiknya lakukan pengenalan dengan alasan yang bagus… Hemp, tapi aku sudah kenal kok!”
“Langkah keduaa… Bergabung atau miliki kegiatan yang sama dengan dirinya… Sudah kok! Dia ikut kegiatan ekstrakulikuler musik… Hemp! Ketiga… Jadilah orang yang menonjol dalam hal positif. Kalau bisa dalam hal yang dia sukai atau banggakan?, ah iya! Gitar! Tapii… Ah, pinjem gitar punya kakak ah!”

Aku pun bergegas keluar kamar, dan masuk ke kamar ka andre. ‘Ah itu dia!’ Setelah mengambil gitar itu, tanpa basa basi ku mainkan gitar itu dengan asal. JREENG! Tak!! “Ish!! senarnya copot lagi! Ah nanti aja deh mainnya” kuletakkan lagi gitar yang satu senarnya copot itu ke asalnya, dan kembali lagi ke kamar ku.

“Ehkhem! Okee next! Keempat, sering terlibat dalam aktivitas dia. Contohnya jika dia.. Suka fitness, cari akal untuk bisa fitness satu tempat dan waktu tentang dirinya.. Heuunngh, dimana sih dia sering jogging? Ah kalo gak salah mungkin di lapangan yang itu deh! Ah nanti cobain kesana aja!”
“Ah, mending gue printer aja nih. Bagus banget… Mungkin bisa bermanfaat buat gue untuk ngedeketin dia” Aku pun men-copy paste tulisan yang kubaca tadi dan menyalakan mesin printer.
KLIK KLIK, KLIK jreett jrettt jrett jrett… *efek mesin printer*
“Aaah… Akhirnya selesai nih.” Kataku sambil menatap kertas HVS yang sudah tertulis oleh tulisan tentang ‘langkah langkah untuk menaklukan pria cuek’ dengan senyum penuh arti. “Hemp, semoga aja ini berhasil. Soni fighting!”

Author POV
Keesokan harinya…
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.45 , tetapi saat ini seorang gadis masih belum menunjukkan tanda kebangunannya. Dia adalah Soni, dengan badan yang sedikit tengkurap serta mulutnya yang mengeluarkan suara dengkuran yang nyaring itu masih tertidur walau jam weker yang terus menerus berdenting itu tak dihiraukannya dan malah bersaing dengan suara dengkurannya itu.

TOK TOK TOK
“Soni! Soni! Bangun nak…” Ah, sepertinya ini ibunya Soni. Ayo Soni banguun!

TOK TOK TOK
Cklek
Pintu pun terbuka, terlihat seorang ibu rumah tangga dengan apron yang masih menggantung di pinggangnya dan rambut yang digulung ke atas, melipat kedua tangannya ke dada dengan muka yang seperti menahan marah karena anak tunggalnya yang saat ini sudah kelewatan tidurnya. Tamat riwayatmu Soni!

Sreet sreet
Di bukanya gorden yang masih menutupi kamar itu, dan masuklah cahaya matahari yang sudah lama terbit. Menyinari segala yang ada di kamar itu, karena matahari terbit berada pas di depan jendela kamar Soni yang berada di tingkat dua rumahnya.
Sampai cahaya matahari itu membangunkan Soni, dengan menyesuaikan cahaya terang itu dia sedikit mengerjap erjapkan matanya sambil melenguh pelan.
“Soni, hari ini kamu tidak sekolah? Kamu lihat ini sudah jam berapa? Ayo cepat mandi! Ayo…!” Kata ibunya dan dengan segera Soni bangkit. Tak lupa dia mengambil handuk dan menutup pintu kamar mandi nya sesaat sesudah melihat jam dinding yang nmenggantung di atas televisi nya.
Ibunya hanya menggelengkan kepala dan membereskan kamar Soni yang seprai nya itu sudah tak berbentuk, bantal guling yang berserakan di sekitar ranjangnya itu.

Soni POV
Ah! Sebentar lagi gerbang sekolah akan di tutup! Ayo Soni! Perpcepat larimu!!! Ayo!
“Hahh hahh hahhhh! Sebentar lagihh!!” Ucapku sambil berlari sekuat tenaga mencapai finish, eh salah, maksudnya mencapai pintu gerbang sekolah ku.
“Aaaaaaa! Pak!! Jangan ditutup!!!” Aaaa! Pak asep mau menutup gerbangnya! Tunggu sebentar pak! Ini, anak orang ketingalaaan.
“Pak! Jangan ditutup pak! Hahhh hahh hahhh…” Hahh! Akhirnya sampai juga, untung aja pak asep belum menutup sepenuhnya pintu gerbang. Ih, ini gara gara malam tadi, karena ke asyikan baca tulisan yang langkah-langkah itu aku gak bakalan telat bangun kayak gini. Huft!

Sesampainya aku di kelas, untung aja masih gak ada gurunya. Kalau ada, bisa sial banget hari ini aku.
“Eh soni, tumben datang telat!” Sapa Mira saat aku mendudukkan pantatku ke kursi di belakang Mira dan Liya.
“Tumben kamu bilang?!! Ishh! Sial banget tau gak, gara gara malam tadi aku habisnya telat kayak gini! Hehh!” Kesal ku.
“Emang ada apa malam tadi?” Tanya Liya.
“Nih!” Kataku menyodorkan kertas yang ku print tadi malam kepada Liya dan Mira, dengan cepat mereka menyambutnya dan mulai membacanya, sedangkan aku hanya memutar bola mata dan mengeluarkan buku pelajaran sebelum guru masuk, ya itulah ciri anak Teladan.

Beberapa saat kemudian…
“Uwooooo!!!” Teriak mereka berdua dengan heboh yang membuatku terkejut itu.

Author POV
“Beneran tuh! Beneran!!” Heboh Mira sambil menunjuk-nunjuk kertas yang tadi barusan di bacanya itu.
“Terus, kapan nih?” Tanya Liya to the point.
“Kapan apanya?” Tanya Soni balik.
“Ituu… Yang menaklukan pria cuek ituu…” Jawab Liya mulai gereget.
“Ah itu… Hempp, mungkin nyari waktu yang pas aja dulu deh..” Kata Soni lesu.
“Hey! Jangan lesu gitu dong.. Kan ada kami berdua! Kami bisa kok bantuin kamu buat naklukin hati si cuek bin dingin itu!” Kata Mira menyemangati Soni yang saat itu memasang raut masam plus lesu plus galau Itu.
“Iya bener kata Mira tuuh… Kan kita friend!” Ucap Liya menyetujui dengan semangat.
“Hemp! Makasih ya guys.. Kalian emang sahabat aku yang paliiiing baiiik…” Kata Soni dibarengi dengan pelukan ala teletubbies.



“Oke anak anak.. Ibu akhiri wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” ucap bu siti, guru sejarah. Mengakhiri pelajaran beliau.
“Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh!” Koor anak anak kelas 12 IPA 1 itu.
Dan kegaduhan pun dimulai…
“Soni, kapan nih kita ngerjain tugas kelompoknya?” Tanya Liya, yang kebetulan satu kelompok dengan Soni. Ya, tadi itu ibu Siti menugaskan anak-anak kelas 12 IPA 1 membuat makalah tentang ‘kepercayaan masyarakat’. Oh!, jangan lupakan kalau Soni juga satu kelompok dengan Kevin, si lelaki cuek itu.
Anggota kelompok Soni itu ada Soni, Liya, Farel, Kevin dan haris. Saat mengetahui Soni satu kelompok dengan Kevin, soni tidak bisa memendam senyumannya dan sesekali melirik ke arah kevin yang duduk di samping kanannya itu, yang hanya dibalas tatapan dingin darinya. Kembali, Soni hanya menunduk kepalanya dalam-sedalam yang ia bisa. Dia selalu takut saat melihat tatapan Kevin yang selalu menatapnya dingin itu.
“Hari minggu, bisa?” Tanya Soni sambil berurutan menatap Liya, Haris, Farel, daaan… Ah! Dia tidak bisa lama menatap Kevin yang saat itu masih memasang wajah dinginnya.
“Apa sih yang gak buat tuan putri…” Aksi gombal Farel memecah lamunan Soni, dan membuat Soni tersenyum kecil. Dari sudut matanya, dia melirik kearah kevin yang berada di sampingnya itu. Hhhh! Soni hanya bisa mendesah kecil.

Minggu pagi…
Hari ini Soni tampak rajin, tidak biasanya ia bangun pagi dan saat ini sudah mandi. Kadang kalau hari minggu Soni selalu bermanjaan dengan selimutnya, tapi hari ini tidak. Dia kini sedang membantu ibunya menyiapkan makanan.
Drrt drrrttt
Ponsel Soni bergetar pertanda ada sms masuk, dengan segera dia membuka pesan itu.

From: Liya
Soni, nanti jam 9 aku jemput ya! Jangan lupa dandan yang cantik biar si cuek itu terpesona nantinya, hahaha.

Kedua sudut bibir Soni terangkat membentuk sebuah senyuman. Haa… Pagi ini sungguh indah!
Tanpa pikir panjang Soni pun membalas sms Liya

To: Liya
Haha bisa saja!
Send!

Cerpen Karangan: Raudhatul Mardhiyah

0 komentar:

Posting Komentar